Thursday . 09 August . 2024
thumb image

Bank Sentral Rusia (CBR) berusaha keras mengatasi dampak sanksi yang diberikan AS dan sekutunya, menyusul invansi Rusia di Ukraina.

Seperti diberitakan RT.com, Kepala Bank Sentral Rusia Elvira Nabiullina, mengklaim Rusia masih memiliki cadangan keuangan untuk mendukung ekonomi.

Berbagai upaya dilakukan. Di antaranya pemotongan suku bunga dan membuat pengeluaran anggaran lebih banyak untuk membantu ekonomi beradaptasi dengan sanksi Barat.

Namun, diakuinya, ekonomi Rusia tidak akan bertahan tanpa batas waktu pada cadangan keuangannya dan harus melakukan sesuatu untuk mengatasi dampak sanksi Barat.

“Ekonomi kita memasuki masa sulit perubahan struktural terkait dengan sanksi. Seperti yang saya katakan, sanksi terutama mempengaruhi pasar keuangan, tetapi sekarang mereka akan semakin mempengaruhi perekonomian,” kata Nabiullina.

Nabiullina mencatat Rusia masih memiliki kesempatan untuk menggunakan sekitar setengah dari cadangannya (sekitar 300 miliar dollar AS).

Cadangan ini sebagian besar terdiri dari emas, yuan, dan hak penarikan IMF, yang tidak membantu dalam mengelola situasi dengan mata uang di pasar domestik.

Nabiullina memuji langkah-langkah yang telah diperkenalkan Rusia untuk mendukung ekonomi di tengah sanksi, termasuk beralih ke sistem komunikasi keuangannya sendiri, SPFS, setelah negara itu terputus dari sistem SWIFT pada Maret lalu.

“Ketika ancaman pemutusan sambungan dari SWIFT pertama kali muncul pada tahun 2014, kami mengembangkan SPFS, yang beroperasi sesuai dengan standard SWIFT. Peserta asing yang tertarik bekerja sama dengan mitra Rusia dapat bergabung dan sudah bergabung. Saat ini sudah ada 52 organisasi asing dari 12 negara yang tergabung dalam SPFS,” ujarnya.

Nabiullina menekankan bahwa sanksi telah memotong sebagian besar ekonomi Rusia dari penyelesaian dalam mata uang cadangan, dolar AS dan euro.

Karena itu penting bagi Rusia dan mitra ekonominya untuk mengembangkan pembayaran dalam mata uang nasional negara itu.

“Kita juga tidak memulai dari awal (untuk hal ini). Kita telah meluncurkan dan mengembangkan proyek bilateral semacam itu dengan sejumlah negara. Sekarang kita sedang bernegosiasi dengan mitra di berbagai negara untuk menormalkan situasi dengan pembayaran sesegera mungkin,” kata Nabiullina.

thumb image

Pemimpin redaksi FalkonIndo, mendapatkan gelar PhD pada tahun 2018, pernah menulis naskah untuk Tempo, DetikNews, CNN Indonesia dan media arus utama lainnya, dan pernah meraih Anugerah Jurnalistik Adinegoro.

thumb image

Jurnalis senior dan redaksi FalkonIndo, pandai menggali konten berita potensial dan menganalisis masalah, memiliki kepekaan yang baik terhadap topik hangat dan tren opini publik. Pernah berpengalaman bekerja di think tank dan mempublikasikan artikel di Garba Rujukan Digital, pernah berkontribusi pada Times Indonesia, …

thumb image

Produser video FalkonIndo, mendapatkan gelar magister jurnalistik di Singapura, pernah bekerja sebagai produser film dokumenter di Netflix, pandai membuat konten naratif berupa pengungkapan fakta.