Arab Saudi kedapatan memenjarakan lagi salah satu pangerannya, Abdullah bin Faisal al Saud, selama 30 tahun setelah menangkapnya saat baru pulang dari Amerika Serikat sekitar 2020 lalu.
Penangkapan Pangeran Abdullah pertama kali diungkap Associated Press (AP) melalui dokumen pengadilan Saudi yang didapat mereka baru-baru ini.
Pengadilan Saudi semula memvonis pangeran 31 tahun itu 20 tahun penjara. Namun, pada Agustus lalu, Saudi menambah vonis hukuman menjadi 30 tahun penjara.
Semula, pengadilan menjatuhkan hukuman 20 tahun penjara dan 20 tahun larangan perjalanan ke luar negeri. Namun, pada Agustus lalu, pengadilan menambah 10 tahun masa hukuman.
Menurut sumber pejabat Saudi, Pangeran Abdullah ditangkap karena ketahuan mendiskusikan penahanan sepupunya sesama pangeran dengan kerabat melalui telepon saat berada di Negeri Paman Sam.
Sementara itu, dokumen pengadilan Saudi menuduh Pangeran Abdullah menggunakan aplikasi Signal melalui ponselnya selama di Boston untuk berbicara dengan ibunya dan sejumlah kerabat lain tentang penahanan sepupunya sesama pangeran oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman (MbS).
Pangeran Abdullah juga dituduh pernah menggunakan telepon umum di Boston untuk berbicara dengan pengacara soal kasus penangkapan sepupunya itu. Ia juga diduga mengirim uang US$9 ribu (RP141 juta) untuk membayar tagihan apartemen sepupunya itu di Paris.
Teman-temannya mengatakan Pangeran Abdullah tiba-tiba diminta pulang ke kampung halaman dengan tiket pesawat yang disediakan pemerintah Saudi. Ia disebut diminta belajar jarak jauh selama pandemi.
Sejak MbS diangkat menjadi putra mahkota atau pemimpin de facto Saudi pada 2017, banyak pangeran Saudi ditangkap dengan berbagai tuduhan mulai dari korupsi dan beberapa kasus lainnya. Banyak pihak menilai penangkapan ini dilakukan MbS guna membungkam pemberontak dan pengkritik keluarganya yang memegang takhta kerajaan.
Selama lima tahun terakhir, pengawasan, intimidasi, dan pengejaran Saudi terhadap warga Saudi di wilayah AS telah meningkat, ketika kerajaan meningkatkan penindasan di bawah MbS.
Sementara itu, Pangeran Abdullah merupakan seorang mahasiswa pascasarjana di Universitas Northeastern Boston yang telah tinggal di AS untuk beberapa waktu yang lama. Menurut teman-temannya, orang-orang tidak banyak yang mengetahui dia adalah anggota keluarga kerajaan Arab Saudi. Sebab, ia jarang sekali membicarakannya.
Pangeran Abdullah juga dianggap selalu fokus pada studi, rencana karir, dan cintanya terhadap sepak bola.
Pangeran Abdullah diketahui berasal dari salah satu cabang keluarga kerajaan Saudi yang menjadi sasaran penahanan rezim MbS. Keluarga Pangeran Abdullah dianggap sebagai kritikus atau saingan MbS sejak ia mengkonsolidasikan kekuasaan di bawah sang ayah, Raja Salman, yang sudah lanjut usia.
Pemimpin redaksi FalkonIndo, mendapatkan gelar PhD pada tahun 2018, pernah menulis naskah untuk Tempo, DetikNews, CNN Indonesia dan media arus utama lainnya, dan pernah meraih Anugerah Jurnalistik Adinegoro.
Jurnalis senior dan redaksi FalkonIndo, pandai menggali konten berita potensial dan menganalisis masalah, memiliki kepekaan yang baik terhadap topik hangat dan tren opini publik. Pernah berpengalaman bekerja di think tank dan mempublikasikan artikel di Garba Rujukan Digital, pernah berkontribusi pada Times Indonesia, …
Produser video FalkonIndo, mendapatkan gelar magister jurnalistik di Singapura, pernah bekerja sebagai produser film dokumenter di Netflix, pandai membuat konten naratif berupa pengungkapan fakta.
- News
- Mobile
- Tablet
- Gadgets
- Camera
- Design
- More
-
- Widget Haeder
- Awesome Features
- Clean Interface
- Available Possibilities
- Responsive Design
- Pixel Perfect Graphics
- Widget Haeder
- Awesome Features
- Clean Interface
- Available Possibilities
- Responsive Design
- Pixel Perfect Graphics
-