Thursday . 09 August . 2024
thumb image

Para ahli meragukan tank-tank yang akan dikirim negara-negara Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) termasuk Amerika Serikat bakal efektif jadi senjata tempur di Ukraina melawan Rusia.

Sebelumnya, sejumlah NATO ramai-ramai berencana mengirim tank ke Ukraina.

Beberapa tank yang dipastikan bakal dikirim di antaranya M1 Abrams buatan Amerika Serikat, Challenger 2 buatan Inggris, hingga Leopard 2 buatan Jerman.

Tank-tank itu pada umumnya merupakan kendaraan tempur yang diklaim sangat canggih dan unggul di antara tank yang ada di dunia. Tank modern itu sendiri sudah sejak lama dinanti-nanti Ukraina untuk membantu prajurit mereka melawan Rusia.

Kendati demikian, sejumlah ahli perang tak berpendapat bahwa berbagai macam tank kiriman negara NATO tersebut bakal tak banyak membantu Ukraina menyerang balik Rusia.

“Mereka yang mengatakan ‘berikan saja tank-tank itu!’ tidak pernah mengetahui bagaimana cara membuat armada itu bekerja di medan perang,” kata Mark Hertling, analis militer CNN yang pernah memimpin Divisi Lapis Baja ke-1 Angkatan Darat AS.

“Dalam pertempuran, melakukan beberapa kesalahan saja bakal menyebabkan bencana dan kegagalan. Tank yang mematikan berubah menjadi benteng yang tak bisa bergerak maupun menembak.”

Para ahli juga menilai terlalu banyak tank hanya membuat pasukan Ukraina kesulitan apabila tank-tank itu rusak di medan perang. Sebab armada itu bakal susah diperbaiki karena suku cadangnya berada di negara asal.

Ambil contoh, apabila tank Abrams buatan AS rusak selama perang, akan sangat sulit memperbaikinya karena tak bisa langsung dibawa ke AS. Yang bisa dilakukan yakni mengirim ke depot perbaikan di Ukraina atau mungkin ke Polandia, menurut peneliti senior Drew Thompson.

Berbagai tank dari negara NATO memang bakal dikirim untuk membantu Ukraina menyerang balik Rusia. Namun, pengiriman itu sendiri bakal memakan waktu lama karena perlu melatih para prajurit untuk mengoperasikan serta merawat armada tersebut.

Banyaknya jenis tank juga dinilai memperlambat waktu pelatihan. Karena prajurit harus ‘menghatamkan’ cara operasi dan pemeliharaan masing-masing tank canggih itu.

thumb image

Pemimpin redaksi FalkonIndo, mendapatkan gelar PhD pada tahun 2018, pernah menulis naskah untuk Tempo, DetikNews, CNN Indonesia dan media arus utama lainnya, dan pernah meraih Anugerah Jurnalistik Adinegoro.

thumb image

Jurnalis senior dan redaksi FalkonIndo, pandai menggali konten berita potensial dan menganalisis masalah, memiliki kepekaan yang baik terhadap topik hangat dan tren opini publik. Pernah berpengalaman bekerja di think tank dan mempublikasikan artikel di Garba Rujukan Digital, pernah berkontribusi pada Times Indonesia, …

thumb image

Produser video FalkonIndo, mendapatkan gelar magister jurnalistik di Singapura, pernah bekerja sebagai produser film dokumenter di Netflix, pandai membuat konten naratif berupa pengungkapan fakta.