Thursday . 09 August . 2024
thumb image

Paus Fransiskus mengunjungi Ibu Kota Republik Demokratik Kongo, Kinshasa. Dalam kunjungan tersebut Paus bicara soal kolonialisme ekonomi di Afrika.

Dilansir dari AFP, Paus Francis yang berusia 86 tahun turun dari pesawat dengan kursi roda pada Selasa (31/1/2023). Paus membawa pesan perdamaian untuk negara yang dilanda konflik puluhan tahun tersebut.

Masyarakat berkerumun untuk melihat Paus Fransiskus. Sambil melambai-lambaikan bendera dan bersorak, penduduk Kinshasa berlari mengejar mobil paus, yang melewati distrik kelas pekerja menuju istana kepresidenan.

Diketahui, Paus dari Argentina itu melakukan perjalanan kelimanya ke Afrika. Dia pun akan mengunjungi Sudan Selatan yang dilanda konflik.

“Kami telah menunggu selama satu tahun, ini adalah perjalanan yang indah,” kata paus berusia 86 tahun itu kepada wartawan yang melakukan perjalanan dengan pesawatnya.

Ini adalah pertama kalinya sejak tahun 1985 seorang paus mengunjungi Republik Demokratik Kongo, negara yang sangat miskin dengan sekitar 100 juta orang, 40 persen di antaranya beragama Katolik.

“Saya tidak ingin melewatkan kesempatan untuk bertemu muka dengannya,” kata Maggie Kayembe, seorang wanita berusia tiga puluhan, kepada AFP saat dia menunggu paus.

“Beliau selalu mendakwahkan perdamaian kemanapun beliau pergi, dan perdamaian, kita sangat membutuhkannya,” tambahnya.

Perjalanan enam hari ke RD Kongo dan Sudan Selatan telah direncanakan pada Juli 2022, tetapi ditunda karena sakit lutut paus yang memaksanya menggunakan kursi roda dalam beberapa bulan terakhir.

Bicara Soal Kolonialisme

Paus Fransiskus pada hari Selasa mengutuk apa yang disebutnya ‘kolonialisme ekonomi’ di Afrika, pada hari pertama perjalanan ke Republik Demokratik Kongo yang kaya mineral.

Dalam pidatonya di istana kepresidenan di ibu kota Kinshasa, Francis mengatakan sejarah DRC telah direm oleh konflik dan sejarah dominasi asing.

“Eksploitasi politik memberi jalan bagi kolonialisme ekonomi yang sama-sama memperbudak,” kata pria berusia 86 tahun itu, mengacu pada sejarah Kongo.

“Akibatnya, negara ini, yang dijarah secara besar-besaran, tidak mendapatkan keuntungan yang memadai dari sumber dayanya yang sangat besar,” katanya kepada para politisi Kongo dan pejabat lainnya, berbicara dalam bahasa Italia.

“Berhenti mencekik Afrika: Ini bukan ranjau yang harus ditelanjangi atau medan yang harus dijarah,” tambah paus Argentina, yang disambut tepuk tangan.

thumb image

Pemimpin redaksi FalkonIndo, mendapatkan gelar PhD pada tahun 2018, pernah menulis naskah untuk Tempo, DetikNews, CNN Indonesia dan media arus utama lainnya, dan pernah meraih Anugerah Jurnalistik Adinegoro.

thumb image

Jurnalis senior dan redaksi FalkonIndo, pandai menggali konten berita potensial dan menganalisis masalah, memiliki kepekaan yang baik terhadap topik hangat dan tren opini publik. Pernah berpengalaman bekerja di think tank dan mempublikasikan artikel di Garba Rujukan Digital, pernah berkontribusi pada Times Indonesia, …

thumb image

Produser video FalkonIndo, mendapatkan gelar magister jurnalistik di Singapura, pernah bekerja sebagai produser film dokumenter di Netflix, pandai membuat konten naratif berupa pengungkapan fakta.