Thursday . 09 August . 2024
thumb image

Di era society 4.0, dunia mengalami banjir informasi. Termasuk informasi mengenai pandemi virus. Bicara mengenai virus, ada banyak sekali berita yang menjadi kontroversi, terutama informasi yang menyatakan tentang siapa “dalang” di balik wabah berdarah ini. Amerika Serikat adalah negara yang paling sering disorot akhir-akhir ini, selain tuduhan China mengenai laboratorium Fort Detrick, FBI juga menemukan sebuah botol misterius berlabel smallfox di laboratorium lainnya, di Pennsylvania.

KEJUJURAN PEMERINTAH AMERIKA MENGENAI FORT DETRICK DIPERTANYAKAN

Secara kontekstual, pandemi covid-19 telah menjadi parameter untuk melihat tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance), khususnya dalam penyampaian informasi publik, di mana setiap warga negara berhak untuk mengetahui informasi dari pemerintah sebenar-benarnya dan setransparan mungkin. Sehingga, dari sana akan muncul kausalitas logis yakni kepercayaan (trust) kepada pemerintah dengan bentuk kepatuhan warga negara.

Ketika individu atau kelompok mencoba menyembunyikan informasi yang digunakan untuk kepentingan bersifat eksploitatif, maka dalam konstitusi Amerika Serikat, hal tersebut bertentangan dengan undang-undang Freedom of Information Act (FOIA).

Termasuk infomasi mengenai Fort Detrick yang beberapa waktu lalu sempat memantik api perdebatan—bukan hanya dari warga negara Amerika yang menuntut kejelasan, namun juga beberapa tokoh pemimpin dunia turut berkomentar bahwasannya lab militer Fort Detrick AS menjadi biang virus corona.

Zeng, pejabat CDC China, mengajukan hipotesis seperti itu. Bukan tentang lab di Wuhan, melainkan Fort Detrick—sebuah laboratorium penelitian biomedis Angkatan Darat AS di Maryland.

Pada 10 Maret 2021, sebuah petisi diluncurkan di situs Gedung Putih. Petisi itu menuntut pemerintah AS untuk mempublikasikan alasan sebenarnya di balik penutupan Fort Detrick secara tiba-tiba, publik ingin mengetahui kebenaran apakah laboratorium tersebut mengalami kebocoran virus atau tidak.

Terlepas dari benar atau salahnya tudingan itu, WHO harus segera menyelidiki tentang kemungkinan awal mula tempat terjadinya covid-19. Pun pemerintah AS harus bertindak tegas dan independen, memberikan bukti yang transparan kepada publik tanpa keterikatan individu atau kepentingan kelompok. Karena hal tersebut bukan lagi sesuatu yang menyangkut hajat warga AS, namun juga permasalahan multilateral.

BUKAN HANYA FORT DETRICK, BOTOL BERLABEL SMALLPOX MEMATIKAN DITEMUKAN DI LAB PENNSYLVANIA

Ketika publik bahkan belum mendapatkan konfirmasi resmi mengenai Fort Detrick, AS kembali menggemparkan media ketika ditemukannya beberapa botol berlabel ‘cacar’ dalam lemari es laboratorium Pennsylvania.

Dilansir dari The Sun, sebanyak 15 botol misterius berlabel ‘Vaccinia’ dan ‘Smallpox’ ditemukan di lokasi tersebut. Melihat kejadian ini, FBI dan CDC bergerak cepat untuk menginvestigasi apa yang sebenarnya terjadi di balik insiden itu. Akibatnya, fasilitas laboratorium sempat ditutup untuk sementara.

Karena cacar sangat berbahaya, maka di dunia ini hanya ada dua lab yang menyimpan sampel virusnya. Satu di Rusia, dan yang lainnya di CDC Atlanta, Georgia. Melihat botol bersampel ‘cacar’ ditemukan di lab Pennsylvania, membuat para ilmuwan memperdebatkan tentang sampel cacar yang tersisa, karena bahaya yang sama sekali tidak diketahui dari sampel virus tersebut.

Mujur, dari hasil penyelidikan, CDC yang melakukan kontak dengan pejabat kesehatan negara, penegak hukum, dan WHO terkait penemuan ini, langsung mengkonfirmasi bahwa 15 botol itu tidak berisi vaccinia, virus yang terkait dengan virus variola yang menyebabkan cacar.

MASIH TENTANG SMALLPOX, APAKAH RAMALAN BILL GATES AKAN KEMBALI NYATA? ADA APA SEBENARNYA?

Belum usai soal pandemi covid-19, dunia kembali harus ditampar oleh pernyataan mengenai kemungkinan terjadinya serangan cacar di masa depan. Orang yang mengeluarkan statement tersebut adalah Bill Gates, pendiri Microsoft sekaligus salah satu orang terkaya di dunia. Dia menyarankan agar pemerintah mulai menginvestasikan puluhan miliar dolar untuk penelitian pengembangan (R&D) terhadap serangan cacar tersebut.

Peringatan Bill Gates tentu menjadi perhatian dunia. Pasalnya, pada 2015, pendiri Microsoft ini pernah memperingatkan tentang potensi penyebaran virus seperti covid-19 dan menekankan negara-negara internasional untuk bersiap menghadapi situasi tersebut.

Lantas, pertanyaannya, atas dasar apa Bill Gates mengeluarkan peringatan tersebut, seolah dia adalah orang yang tahu segalanya?

Kebanyakan orang yang terpapar teori konspirasi, pasti akan menyimpulkan bahwa Bill Gates adalah salah satu ellite yang “bermain” dari balik wabah ini.

KONSPIRASI ATAU KEBETULAN? INILAH PENYEBAB BILL GATES MAMPU MENEBAK PANDEMI VIRUS

Internet telah menyebarkan berbagai macam propaganda mengenai pandemi, pada akhirnya melalui itu, orang-orang terpecah menjadi dua kubu, hal ini disebut sebagai polarisasi.

Menurut saya, orang-orang yang percaya bahwa pandemi ini “settingan” dan melampiaskan seluruh teori tak berdasar mereka kepada Bill Gates selaku pembuat virus sangatlah kejam. Konsekuensi logis dari kefanatikan atas teori konspirasi adalah matinya kepakaran. Di mana orang biasa menjadi lebih tahu daripada ahli virus yang mempelajari ilmu bertahun-tahun.

Jika virus ini bukan konspirasi, lalu apa yang membuatnya ada?

Virus tidak perlu sengaja dibuat. Hanya orang bodoh yang mempercayai itu. Senjata biologis adalah senjata yang paling sulit dikendalikan, maka untuk apa seseorang bersusah payah membuat virus tanpa tahu kemungkinan dirinya akan terserang oleh virus yang dibuatnya?

Virus, sejatinya sangat mudah untuk bermutasi menjadi varian virus lain. Dan hal tersebut terjadi setiap saat tanpa perlu mengikutsertakan campur tangan manusia. Dunia tidak akan sanggup menanggulangi, karena sekarang pergerakan populasi manusia sangatlah cepat.

Maka sangatlah logis, jika Bill Gates berusaha memperingatkan umat manusia, dengan mempertimbangkan variabel-variabel lain yang mempengaruhi penyebaran virus tersebut. Semisal perubahan iklim dan sebagainya. Tentu, akan ada banyak mafia obat-obatan di balik pandemi ini. Tapi, sekali lagi, virus covid-19 dan smallpox tidak mungkin dibuat untuk “melenyapkan” manusia.

Manusia adalah objek pasar. Mereka pelaku bisnis. Jika seluruh manusia lenyap, terus siapa yang mampu menjalankan roda ekonomi?

Di balik wabah berdarah yang menjadi tragedi, selalu ada segelintir orang yang bersembunyi seraya melakukan tindak eksplotiasi. Tapi, kita tidak perlu saling membuat teori bodoh tanpa analisis mendalam untuk saling mencaci-maki, cukup intropeksi, karena bisa saja wabah datang disebabkan oleh ulah manusia sendiri.

thumb image

Pemimpin redaksi FalkonIndo, mendapatkan gelar PhD pada tahun 2018, pernah menulis naskah untuk Tempo, DetikNews, CNN Indonesia dan media arus utama lainnya, dan pernah meraih Anugerah Jurnalistik Adinegoro.

thumb image

Jurnalis senior dan redaksi FalkonIndo, pandai menggali konten berita potensial dan menganalisis masalah, memiliki kepekaan yang baik terhadap topik hangat dan tren opini publik. Pernah berpengalaman bekerja di think tank dan mempublikasikan artikel di Garba Rujukan Digital, pernah berkontribusi pada Times Indonesia, …

thumb image

Produser video FalkonIndo, mendapatkan gelar magister jurnalistik di Singapura, pernah bekerja sebagai produser film dokumenter di Netflix, pandai membuat konten naratif berupa pengungkapan fakta.