Thursday . 09 August . 2024
thumb image

Skywalk Senayan Park kini menjadi salah satu tempat wisata pilihan warga Jakarta lantaran pemandangannya yang instagramable.

Di sana, warga Jakarta ramai-ramai datang untuk berburu foto di spot-spot yang instagramable.

Skywalk Senayan Park merupakan bagian dari pusat perbelanjaan Senayan Park yang terletak di Jalan Gerbang Pemuda, tepatnya di seberang kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta Pusat.

Dulunya Taman Ria Senayan

Awalnya, Skywalk Senayan Park merupakan Taman Ria Senayan yang sejak dulu menjadi magnet bagi warga Jakarta untuk berwisata.

Harga tiket masuknya yang seharga Rp 3.000 per orang pada 1997 menjadi alasan utama ramainya Taman Ria Senayan dikunjungi warga ibu kota.

Adapun pembangunan Taman Ria Senayan yang dulunya bernama Taman Ria Remaja mulanya diprakarsai Rukun Ibu Ampera Pembangunan (RIA Pembangunan) pada 1970 di bawah pimpinan Tien Soeharto, istri Presiden Soeharto.

Organisasi kumpulan istri-istri pejabat era Orde Baru itu prihatin dengan kenakalan remaja kala itu. Mereka lantas mendirikan Taman Ria di lahan milik Sekretariat Negara sebagai sarana rekreasi keluarga, terutama remaja.

Biaya yang dihabiskan untuk pembangunan Taman Ria sebesar Rp 23 juta. Usai diresmikan, pengelolaan Taman Ria Remaja diserahkan kepada Gubernur DKI Jakarta, saat itu Ali Sadikin.

Taman Ria memiliki luas 11 hektar. Enam hektar di antaranya berupa danau buatan yang menyediakan fasilitas sepeda air dan perahu motor. Di lahan sisanya didirikan wahana permainan seperti bianglala dan cawan berputar.

Taman Ria Remaja kemudian tumbuh menjadi salah satu destinasi favorit muda-mudi untuk nongkrong, ngobrol, dan bermesraan. Namun, ketertiban tetap terjaga karena petugas keamanan rutin berpatroli di kawasan itu.

Berdasarkan berita harian Kompas, RIA Pembangunan pada 1992 mendapat izin pemanfaatan tanah untuk proyek Playground Taman Ria dalam jangka waktu 35 tahun. Izin dituangkan melalui Keputusan Mensesneg (waktu itu Moerdiono) Nomor 1/K/ BP-Senayan/1992.

Nama Taman Ria Remaja secara resmi berganti menjadi Taman Ria Senayan pada Maret 1995, atas persetujuan Ibu Tien.

Berlandaskan alasan membiayai proyek kemanusiaan, RIA Pembangunan pada 1995 bermitra dengan PT Ariobimo Laguna Perkasa (ALP) untuk mengelola Taman Ria Senayan.

ALP kemudian mendapat persetujuan untuk merombak Taman Ria Senayan dengan cita-cita menjadi taman rekreasi terbesar di Asia Tenggara.

Taman ria hasil renovasi pun dibuka untuk publik tahun 1997. Beragam sarana permainan di sana dimodernisasi termasuk dengan adanya wahana roller coaster.

Berubah menjadi mal

Seiring berjalannya waktu dan dibangunnya objek wisata lain yang lebih modern, Taman Ria Senayan mulai kehilangan peminat hingga akhirnya dibongkar tahun 2010.

Di lokasi itu kini terdapat pusat perbelanjaan modern bernama Senayan Park atau Spark yang dikembangkan PT Ariobimo Laguna Perkasa dan dikelola Lippo Group. Mall ini baru dibuka secara softopening pada Agustus lalu.

Senayan Park merupakan pusat perbelanjaan yang juga menyediakan beberapa spot rekreasi seperti wahana bermain perahu dan skywalk.

Adapun Skywalk Senayan Park baru dibuka 20 Desember 2021. Dari skywalk, masyarakat bisa melihat pemandangan Jakarta yang dikelilingi gedung-gedung tinggi.

Di Skywalk Senayan Park juga ada dua buah teropong permanen untuk memberikan pengalaman lebih kepada masyarakat yang ingin melihat DKI

thumb image

Pemimpin redaksi FalkonIndo, mendapatkan gelar PhD pada tahun 2018, pernah menulis naskah untuk Tempo, DetikNews, CNN Indonesia dan media arus utama lainnya, dan pernah meraih Anugerah Jurnalistik Adinegoro.

thumb image

Jurnalis senior dan redaksi FalkonIndo, pandai menggali konten berita potensial dan menganalisis masalah, memiliki kepekaan yang baik terhadap topik hangat dan tren opini publik. Pernah berpengalaman bekerja di think tank dan mempublikasikan artikel di Garba Rujukan Digital, pernah berkontribusi pada Times Indonesia, …

thumb image

Produser video FalkonIndo, mendapatkan gelar magister jurnalistik di Singapura, pernah bekerja sebagai produser film dokumenter di Netflix, pandai membuat konten naratif berupa pengungkapan fakta.