Thursday . 09 August . 2024
thumb image

Beban kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) turut dirasakan oleh nelayan tradisional di Pelabuhan Muara Angke, Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara.

Nelayan bernama Maryadi (47) mengaku sangat berkeberatan karena harga BBM naik. Pasalnya, ia harus mengeluarkan uang lebih besar untuk ongkos pembelian solar agar tetap bisa melaut.

“Ya dampaknya berat sekali, di pom kan dijual Rp 6.800, nah kalau dijual ke nelayan kecil itu jadi 7.800,” ujar Maryadi saat ditemui Kompas.com, Senin (26/9/2022).

Sebagai informasi, Presiden Joko Widodo (Jokowi) resmi mengumumkan kenaikan harga BBM, pada Sabtu (3/9/2022) pukul 14.30 WIB.

Kenaikan ini berlaku untuk BBM subsidi pertalite dan solar serta BBM non-subsidi pertamax.

Maryadi menuturkan, biasanya membeli bahan bakar di pom bensin. Kendati begitu, ia kerap kali kesulitan mendapatkan solar.

Adapun solar subsidi yang biasa digunakan Maryadi untuk bahan bakar kapal naik dari Rp 5.150 per liter menjadi Rp 6.800 per liter.

Meski dikatakan bersubsidi, nelayan tradisional justru mendapatkan harga jual solar yang lebih tinggi.

“Jadi engggak ada subsidi hitungannya sama aja, kenanya jadi mahal. Nelayan kecil yang terbebani,” sambung Maryadi.

Para nelayan tradisional, kata dia, harus membeli solar seharga Rp 7.800 per liter. Padahal, harga asli solar subsidi ialah Rp 6.800 per liter.

Tindakan tak jujur dari petugas, menurut dia, menjadi penyebab mahalnya harga solar yang dijual kepada para nelayan.

“Kalau kita beli di pom nelayan kecil enggak bisa beli. Itu liciknya orang pom begitu, jadi dia nguntungin lagi seribu. Kalau dari pemerintah Rp 6.800, udah sampai konsumen, nelayan kecil jadi Rp 7.800,” imbuh dia.

Sebelum harga BBM naik, Maryadi menghabiskan uang sekitar Rp 105.000 untuk membeli solar. Kini ia perlu menggelontorkan uang lebih besar yakni sekitar Rp 160.000 untuk 20 liter.

“Terasa sekali makanya jarang berangkat kalau ikannya kosong kan rugi sekali,” ucap Maryadi.

Dia pun berharap agar pemerintah bisa kembali menurunkan harga BBM, supaya para nelayan tetap bisa melaut tanpa harus terbeban.

“Ya harapannya diturunin harga BBM-nya, nelayan seperti kami kesulitan,” tutur Maryadi.

Sambil memperbaiki jaring ikan miliknya yang rusak, pria yang sudah menjadi nelayan selama 35 tahun ini juga sering mengalami kesulitan.

Mesin kapal yang rusak, jaring yang menyangkut di limbah perairan, hingga tak dapat ikan sama sekali dialaminya selama berlayar di laut lepas.

“Susah jadi nelayan kalau kena hujan angin, kalau mesin mati di tengah laut, itu susahnya. Sering kejadian mesin mati di tengah laut,” kata Maryadi.

Pelabuhan Muara Angke menjadi salah satu tempat tersibuk di utara Kota Jakarta. Nelayan dari berbagai wilayah biasa bongkar muat ikan di tempat ini.

Tampak kapal-kapal berukuran 2 GT hingga 100 GT bersandar di sisi pelabuhan.

Aroma amis bercampur sampah di perairan yang menghitam, menemani aktivitas nelayan dari dan menuju lautan untuk mendapatkan hasil tangkap berupa ikan, udang, rajungan, cumi-cumi, gurita, kepiting, dan lain sebagainya.

thumb image

Pemimpin redaksi FalkonIndo, mendapatkan gelar PhD pada tahun 2018, pernah menulis naskah untuk Tempo, DetikNews, CNN Indonesia dan media arus utama lainnya, dan pernah meraih Anugerah Jurnalistik Adinegoro.

thumb image

Jurnalis senior dan redaksi FalkonIndo, pandai menggali konten berita potensial dan menganalisis masalah, memiliki kepekaan yang baik terhadap topik hangat dan tren opini publik. Pernah berpengalaman bekerja di think tank dan mempublikasikan artikel di Garba Rujukan Digital, pernah berkontribusi pada Times Indonesia, …

thumb image

Produser video FalkonIndo, mendapatkan gelar magister jurnalistik di Singapura, pernah bekerja sebagai produser film dokumenter di Netflix, pandai membuat konten naratif berupa pengungkapan fakta.