Thursday . 09 August . 2024
thumb image

Setidaknya ada 70 unit rumah warga yang telah rusak akibat dampak abrasi di pesisir Banjar Pebuahan, Desa Banyu Biru, Kabupaten Jembrana, Bali.

Bupati Jembrana I Nengah Tamba mengatakan pihaknya telah menjalin komunikasi dengan pemerintah baik di tingkat provinsi maupun pusat untuk mengatasi dampak abrasi yang menggerus wilayah pesisir itu.

“Kita terus berkoordinasi ke provinsi hingga pusat untuk mencarikan solusi agar abrasi di Kabupaten Jembrana khususnya di Pebuahan ini segera bisa kita tangani,” kata Tamba dalam keterangannya, Selasa (1/11).

Dia mengatakan upaya penanganan abrasi di sejumlah titik wilayah Kabupaten Jembrana beberapa di antaranya telah berjalan. Sementarara itu untuk yang belum ditangani, kata dia, telah diusulkan anggarannya ke pemerintah pusat.

“Ya mohon doa restu semoga semua tahapannya bisa sesuai yang kita harapkan,“ujar Tamba yang juga telah melakukan pengecekan ke wilayah terdampak abrasi itu.

Pada pengecekan yang didampingi jajaran Organisasi Perangkat Daerah (OPD) itu, Tamba juga berdialog serta menyerahkan bantuan sembako kepada warga terdampak.

“Kita tahu ini sangat berat. Tapi kita akan upayakan yang terbaik untuk masyarakat kabupaten Jembrana,” kata dia.

Mengutip dari situs pemkab terkait, Jembrana memiliki topografi wilayah meliputi daerah pegunungan di bagian utara dan pendataran (pantai) di bagian selatan yang berbatasan dengan Samudera Indonesia.

Sementara itu, melansir dari detik.com, salah seorang warga Banjar Pebuahan, M Nasir pada 28 Oktober lalu menerangkan abrasi di wilayah itu terpantau masif dampaknya terjadi sejak 2017 silam. Kemudian pada 2019, katanya, hingga saat ini sudah merusak puluhan rumah hingga warung makan milik warga.

“Rumah saya sudah dua bangunan yang hanyut, bahkan akses jalan di sini juga sudah terseret arus,” ungkapnya.

Pria yang kesehariannya sebagai nelayan ini juga mengungkapkan, saat ini warga setiap malam hari ketakutan untuk tidur, lantaran cemas jika air laut naik hingga ke rumah mereka. Dirinya mengaku jika pindah tidak memiliki lahan dan berharap jika direlokasi lokasinya dekat dengan pantai.

“Was-was kami kalau malam hari, takutnya saat terlelap tidur air naik, jadi takut terseret arus. Kalau mau pindah, kami tidak punya lahan lain, dan jika direlokasi harapannya agar dekat sini,” paparnya.

Tokoh warga setempat, Sarbini (73), menceritakan dalam waktu satu bulan Banjar Pejuahan diterjang gelombang tinggi berdampak abrasi hingga dua kali.

“Seperti tanggal 17 Oktober kemarin terjadi hujan lebat, air dari utara besar, sehingga menghanyutkan rumah warga dan membentuk sungai, kondisi ini sangat memprihatinkan, saat kejadian pemilik rumah bergegas keluar dan selamat,” kata Sarbini.

thumb image

Pemimpin redaksi FalkonIndo, mendapatkan gelar PhD pada tahun 2018, pernah menulis naskah untuk Tempo, DetikNews, CNN Indonesia dan media arus utama lainnya, dan pernah meraih Anugerah Jurnalistik Adinegoro.

thumb image

Jurnalis senior dan redaksi FalkonIndo, pandai menggali konten berita potensial dan menganalisis masalah, memiliki kepekaan yang baik terhadap topik hangat dan tren opini publik. Pernah berpengalaman bekerja di think tank dan mempublikasikan artikel di Garba Rujukan Digital, pernah berkontribusi pada Times Indonesia, …

thumb image

Produser video FalkonIndo, mendapatkan gelar magister jurnalistik di Singapura, pernah bekerja sebagai produser film dokumenter di Netflix, pandai membuat konten naratif berupa pengungkapan fakta.