Thursday . 09 August . 2024
thumb image

Pantai Mae Ramphueng di Provinsi Rayong, Thailand sekarang terlarang untuk umum setelah tercemar tumpahan minyak mentah yang disebabkan oleh kebocroan dari pipa bawah laut.

Kebijakan itu disampaikan oleh Gubernur Rayong, Charnna Iamsaeng pada Sabtu (29/1/2022).

Dia menyampaikan, pantai harus ditutup karena proses pembersihan tumpahan minyak besar-besaran masih terus berlanjut.

“Polisi akan memantau pintu masuk dan keluar ke pantai karena insiden itu dapat menimbulkan risiko kesehatan,” ungkap Charnna, sebagaimana diberitakan Bangkok Post, Sabtu.

Gubernur juga telah meminta seluruh pedagang di kawasan itu untuk tutup sementara hingga kondisi normal kembali pulih.

Pantai Mae Ramphueng pun sudah dinyatakan sebagai daerah bencana.

Sementara itu, Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand telah mengerahkan tenaga medis ke daerah tersebut untuk merawat orang-orang yang alergi dan mungkin kontak dengan minyak.

Direktur jenderal Departemen Pengendalian Polusi Kementerian Kesehatan Masyarakat Thailand, Attapon Charoenchansa, mengatakan lumpur, yang telah mencemari setidaknya tiga kilometer (km) di sepanjang pantai adalah campuran minyak mentah dan dispersan pekat.

“Laut terlihat seperti cairan kental cokelat. Rencana awalnya adalah menghilangkan minyak dari air, menggunakan bahan penyerap dan menyemprotkan bahan kimia,” terang Attapon.

Tumpahan itu tidak hanyut ke pantai lain hingga Sabtu sore. Namun, tumpahan minyak lainnya hanya berjarak tiga km dari Mae Ramphueng.

“Oil boom (salah satu peralatan yang digunakan sebagai penanggulangan tumpahan minyak di laut) telah ditempatkan untuk mencegahnya mencapai garis pantai,” jelas dia.

Tumpahan minyak di pantai Thailand berdampak buruk bagi pedagang dan nelayan

Attapon menyadari insiden tumpahan minyak berdampak buruk pada pedagang lokal dan nelayan di provinsi timur Rayong.

Nantakarn Phuetphan, 38, seorang penjual makanan laut, mengatakan bisnisnya sangat terpengaruh karena situasi tersebut.

“Ada penurunan ikan yang ditangkap dan banyak pelanggan saya yang membatalkan pesanan mereka karena khawatir makanan laut terkontaminasi,” jelas dia.

“Awalnya, petugas mengatakan sekitar 400.000 liter minyak tumpah. Kemudian 100.000 liter untuk kedua kalinya. Sekarang menjadi 50.000 liter. Kami tidak lagi mempercayai mereka karena kami tidak tahu apa yang sebenarnya,” ungkap kekecawaan Phuetphan.

Seorang nelayan setempat, Suchart Sukkhum, 60, mengaku sangat prihatin dengan situasi tersebut.

“Oli mungkin tetap berada di air atau terdampar di darat. Selalu ada pengaruhnya. Hewan-hewan itu terkontaminasi, dan saya tidak bisa menjualnya,” kata dia.

Kebocoran minyak dari pipa milik Star Petroleum Refining Plc (SPRC) diketahui terjadi mulai Selasa (25/1/2022) malam waktu setempat.

Sehari kemudian, kebocoran minyak coba dikendalikan setelah tumpah ke Teluk Thailand 20 kilometer di lepas pantai Rayong.

Area laut seluas 47 kilometer persegi terkena dampak sebelum lapisan itu melayang ke garis pantai Rayong pada Jumat (28/1/2022). Hal itu terlihat dari gambar satelit dari Badan Pengembangan Teknologi Geo-Informatika dan Antariksa Thailand.

thumb image

Pemimpin redaksi FalkonIndo, mendapatkan gelar PhD pada tahun 2018, pernah menulis naskah untuk Tempo, DetikNews, CNN Indonesia dan media arus utama lainnya, dan pernah meraih Anugerah Jurnalistik Adinegoro.

thumb image

Jurnalis senior dan redaksi FalkonIndo, pandai menggali konten berita potensial dan menganalisis masalah, memiliki kepekaan yang baik terhadap topik hangat dan tren opini publik. Pernah berpengalaman bekerja di think tank dan mempublikasikan artikel di Garba Rujukan Digital, pernah berkontribusi pada Times Indonesia, …

thumb image

Produser video FalkonIndo, mendapatkan gelar magister jurnalistik di Singapura, pernah bekerja sebagai produser film dokumenter di Netflix, pandai membuat konten naratif berupa pengungkapan fakta.