Thursday . 09 August . 2024
thumb image

Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev kembali mengeluarkan pernyataan kontroversial. Kali ini, ia mengatakan bahwa Amerika Serikat (AS) harus memohon hingga sampai merangkak-rangkak kepada Rusia untuk berdiskusi mengenai pengurangan senjata nuklir.

Dalam pernyataannya, Medvedev menyebut kesepakatan pengurangan nuklir yang ditandatanganinya pada 2010 lalu dengan Presiden Barack Obama telah mati. Ia bahkan berpandangan bahwa hubungan antara AS dan Rusia telah mati semenjak Washington memberikan sokongan bagi Ukraina dan menjatuhkan deretan sanksi terhadap negaranya.

“Tidak perlu bernegosiasi dengan mereka (tentang pelucutan senjata nuklir). Ini buruk bagi Rusia,” kata Medvedev, yang saat ini menjabat sebagai Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia dikutip Reuters, Rabu (22/6/2022).

“Biarkan mereka berlari atau merangkak kembali dan memintanya,” imbuhnya.

Rusia dan AS mengendalikan sekitar 90% hulu ledak nuklir dunia. Mereka masing-masing memiliki sekitar 4.000 hulu ledak dalam persediaan militer mereka.

Medvedev, yang saat jadi presiden berusaha menempatkan dirinya sebagai seorang reformis dan menginginkan hubungan baik dengan Barat, justru saat ini menyarankan bahwa Moskow harus lebih keras dengan Washington.

Merujuk pada tindakan pemimpin Soviet Nikita Khrushchev di Majelis Umum PBB, Medvedev mengatakan bahwa sebenarnya masih ada jalan lain untuk mengembalikan pembicaraan terkait kesepakatan itu.

“Ada metode lain yang terbukti untuk berkomunikasi dengan Amerika tentang topik ini - dengan sepatu di mimbar PBB. Dulu berhasil.”

Medvedev sendiri menjadi Presiden Rusia pada 2008 hingga 2012. Saat ia memimpin, Presiden Rusia saat ini, Vladimir Putin, menduduki posisi sebagai Perdana Menteri (PM).

Dalam serangan Rusia ke Ukraina, Medvedev yang juga sekutu dekat Putin memberikan dukungannya terkait aksi itu. Baru-baru ini, ia bahkan tidak begitu yakin bahwa negara tetangganya itu masih ada dalam dua tahun ke depan.

“Saya melihat laporan bahwa Ukraina ingin menerima LNG (gas alam cair) di bawah perjanjian pinjam meminjam dari master luar negeri dengan pembayaran untuk pengiriman dalam dua tahun,” ujarnya.

“Dan siapa yang mengatakan bahwa dalam dua tahun, Ukraina bahkan akan ada di peta dunia?”

thumb image

Pemimpin redaksi FalkonIndo, mendapatkan gelar PhD pada tahun 2018, pernah menulis naskah untuk Tempo, DetikNews, CNN Indonesia dan media arus utama lainnya, dan pernah meraih Anugerah Jurnalistik Adinegoro.

thumb image

Jurnalis senior dan redaksi FalkonIndo, pandai menggali konten berita potensial dan menganalisis masalah, memiliki kepekaan yang baik terhadap topik hangat dan tren opini publik. Pernah berpengalaman bekerja di think tank dan mempublikasikan artikel di Garba Rujukan Digital, pernah berkontribusi pada Times Indonesia, …

thumb image

Produser video FalkonIndo, mendapatkan gelar magister jurnalistik di Singapura, pernah bekerja sebagai produser film dokumenter di Netflix, pandai membuat konten naratif berupa pengungkapan fakta.