Mahasiswa pemrotes kematian Mahsa Amini di Iran menjerit karena aparat mengumpulkan mereka di satu tempat, kemudian melepaskan tembakan membabi buta, bak di medan perang.
Jeritan itu keluar dari mulut banyak mahasiswa, termasuk teman seorang remaja Iran bernama Farid.
Pada Minggu (2/10), Farid terbangun ketika telepon tiba-tiba berdering. Di ujung telepon, temannya menjerit minta tolong.
Temannya itu bercerita bahwa ia sedang ikut serta dalam demo di Universitas Sharif di Teheran. Namun, aparat merespons demo itu dengan kekerasan.
Farid pun langsung bangun, kemudian naik sepeda ke universitas elite itu. Setibanya di lokasi, Farid melihat ratusan mahasiswa ditahan di lapangan parkir.
“Tolong selamatkan kami. Kami tertahan di sini. Mereka menembaki kami,” ujarnya kepada CNN.
“Mereka punya senjata, pistol paint ball, tongkat pemukul. Mereka menggunakan gas yang dilarang internasional. Ini medan perang. Darah di mana-mana.”
Ketegangan ini terekam dalam sejumlah video yang beredar di media sosial dan telah diverifikasi CNN.
Dalam salah satu video, terlihat polisi menangkap mahasiswa dan membawa mereka menggunakan motor. Di video lainnya, terdengar ledakan keras.
Setelah berbincang dengan orang di sekitarnya, Farid baru mengetahui bahwa kekacauan ini terjadi akibat pihak universitas memanggil aparat.
Mereka geram karena mahasiswa bolos kelas demi menggelar protes tersebut. Dalam demo itu, para mahasiswa juga meneriakkan jargon-jargon anti-pemerintah.
“Para mahasiswa digiring keluar oleh tim keamanan universitas, kemudian diadang oleh Sepah (pasukan Iran) yang menggunakan pakaian sipil,” tutur Farid.
“Mereka bilang, ‘Jika kalian mendekati stasiun kereta, kami akan menembak. Kembali ke universitas.’”
Ketika sekitar separuh mahasiswa kembali ke kampus, aparat menggiring siswa lainnya ke lapangan parkir.
“Setelah itu, aparat mulai menembaki mereka dengan paint ball dan membawa mereka ke tahanan dengan cara yang amat amat kasar,” kata Farid.
Menurut Farid, aparat juga menembaki “tiga asrama utama” di universitas tersebut. Secara keseluruhan, aparat menahan 37 orang dalam insiden itu.
Asosiasi Mahasiswa Islam Universitas Sharif mendesak “semua profesor dan mahasiswa Universitas Sharif untuk tak datang kelas hingga semua siswa yang ditahan dibebaskan.”
Meski suasana di universitas itu berangsur tenang, tapi masih banyak mahasiswa bersembunyi dalam gedung.
“Saat kita bicara sekarang ini, masih ada siswa bersembunyi di universitas, di tempat parkir, atau di ruang-ruang profesor,” ucap Farid.
Pemimpin redaksi FalkonIndo, mendapatkan gelar PhD pada tahun 2018, pernah menulis naskah untuk Tempo, DetikNews, CNN Indonesia dan media arus utama lainnya, dan pernah meraih Anugerah Jurnalistik Adinegoro.
Jurnalis senior dan redaksi FalkonIndo, pandai menggali konten berita potensial dan menganalisis masalah, memiliki kepekaan yang baik terhadap topik hangat dan tren opini publik. Pernah berpengalaman bekerja di think tank dan mempublikasikan artikel di Garba Rujukan Digital, pernah berkontribusi pada Times Indonesia, …
Produser video FalkonIndo, mendapatkan gelar magister jurnalistik di Singapura, pernah bekerja sebagai produser film dokumenter di Netflix, pandai membuat konten naratif berupa pengungkapan fakta.
- News
- Mobile
- Tablet
- Gadgets
- Camera
- Design
- More
-
- Widget Haeder
- Awesome Features
- Clean Interface
- Available Possibilities
- Responsive Design
- Pixel Perfect Graphics
- Widget Haeder
- Awesome Features
- Clean Interface
- Available Possibilities
- Responsive Design
- Pixel Perfect Graphics
-