Thursday . 09 August . 2024
thumb image

Oposisi Israel menganggap rekonsiliasi antara Arab Saudi dan Iran merupakan simbol kegagalan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Mereka menganggap Netanyahu gagal karena Saudi malah lebih dulu berdamai dengan Iran yang dikenal sebagai musuh bebuyutan mereka di kawasan.

Sejumlah politikus oposisi mengutarakan kekecewaannya karena selama ini, Israel juga mengupayakan normalisasi hubungan dengan Saudi melalui sistem kesepakatan yang dibantu Amerika Serikat, Abraham Accords.

“Ini merupakan kegagalan kebijakan luar negeri pemerintahan Israel yang berbahaya,” ujar pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid, seperti dikutip AFP.

Lapid juga berkata, “Ini merupakan keruntuhan tembok pertahanan kawasan yang kita bangun untuk melawan Iran.”

Para oposisi pun menganggap Netanyahu lebih mementingkan program reformasi sistem peradilan yang jelas-jelas ditentang warga daripada kebijakan luar negeri Israel.

“Ini lah yang terjadi ketika Anda setiap hari sibuk dengan proyek peradilan gila ketimbang mengurus Iran,” ucap Lapid.

Anggota parlemen lainnya dari kubu oposisi, Gideon Saar, juga mengolok-olok kegagalan Netanyahu dalam menangkal kemenangan Iran di kawasan.

“Netanyahu menjanjikan perdamaian dengan Arab Saudi. Pada akhirnya, mereka [Saudi] melakukannya dengan Iran,” tutur Saar, sebagaimana dilansir Associated Press.

Kegagalan ini dianggap dapat memperburuk citra Netanyahu yang belakangan ini sudah terpuruk akibat rencananya mereformasi sistem peradilan.

Kebijakan luar negeri sendiri sebenarnya sempat menjadi program andalan Netanyahu, terutama Abraham Accords yang sempat dielu-elukan karena berhasil mendamaikan Israel dengan sejumlah negara Teluk.

Saudi disebut-sebut menjadi target utama Abraham Accords selanjutnya. Sejumlah sumber bahkan menyebut para pejabat Saudi dan Israel sudah kian dekat di bawah tanah.

Namun di permukaan, Saudi masih terus menegaskan bahwa mereka tak akan menormalisasi hubungan dengan Israel jika Palestina belum benar-benar merdeka.

Meski rekonsiliasi Iran dan Saudi mencoreng reputasi Netanyahu, sejumlah pakar ragu kesepakatan itu benar-benar dapat merugikan Israel.

Seorang pakar politik Saudi dari Universitas Birmingham, Umar Karim, mengatakan Saudi dan Iran akan tetap menjadi rival di kawasan meski mereka sepakat rujuk.

Sementara itu, Saudi masih dapat menjalin hubungan mendalam bersama Israel sembari menjaga relasi transaksional dengan Iran.

“Pembicaraan bawah tanah antara Saudi dan Israel akan berlanjut. Kepemimpinan Saudi akan menerapkan lebih dari satu cara untuk mempertahankan keamanan nasionalnya,” ucap Karim.

thumb image

Pemimpin redaksi FalkonIndo, mendapatkan gelar PhD pada tahun 2018, pernah menulis naskah untuk Tempo, DetikNews, CNN Indonesia dan media arus utama lainnya, dan pernah meraih Anugerah Jurnalistik Adinegoro.

thumb image

Jurnalis senior dan redaksi FalkonIndo, pandai menggali konten berita potensial dan menganalisis masalah, memiliki kepekaan yang baik terhadap topik hangat dan tren opini publik. Pernah berpengalaman bekerja di think tank dan mempublikasikan artikel di Garba Rujukan Digital, pernah berkontribusi pada Times Indonesia, …

thumb image

Produser video FalkonIndo, mendapatkan gelar magister jurnalistik di Singapura, pernah bekerja sebagai produser film dokumenter di Netflix, pandai membuat konten naratif berupa pengungkapan fakta.