Thursday . 09 August . 2024
thumb image

Kemajuan global dalam kebijakan mengurangi penggunaan tembakau melambat untuk pertama kalinya dalam 12 tahun terakhir setelah merebaknya pandemi Covid-19.

Ini menurut analisis yang diterbitkan pada Rabu (22/11/2023) oleh Global Tobacco Control Progress Hub, yang memperingatkan bahwa jutaan orang di seluruh dunia kemungkinan besar akan tetap merokok.

Pusat informasi ini, sebuah kolaborasi antara lembaga nirlaba Action on Smoking and Health (ASH) Canada dan John Hopkins Bloomberg School of Public Health, melacak pemberlakuan Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebuah perjanjian global yang bertujuan untuk mengurangi kebiasaan merokok.

Dilansir dari CNA, penelitian ini menemukan bahwa antara tahun 2020 dan 2022, terjadi perlambatan dalam implementasi enam langkah inti dari perjanjian tersebut yang berdampak besar, termasuk kenaikan pajak, larangan iklan dan promosi, serta peraturan yang melarang merokok di tempat umum.

Les Hagen, direktur eksekutif ASH Canada, mengatakan bahwa meskipun pandemi mengganggu pemerintah, namun perlambatan ini disebut tidak ideal. Mereka dan meminta negara-negara untuk meningkatkan upayanya memerangi tembakau.

Dia memperingatkan bahwa penurunan implementasi dapat memiliki konsekuensi yang mengerikan bagi jutaan orang di seluruh dunia, terutama jika berkelanjutan.

Analisis ini didasarkan pada laporan mandiri negara-negara kepada WHO, kata Hagen.

Dua pertiga negara melaporkan tidak ada peningkatan atau penurunan dalam implementasi kebijakan tembakau utama, sementara hanya sepertiga yang melaporkan peningkatan.

Penurunan terbesar terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah, khususnya di kawasan Mediterania timur dan Asia Tenggara, kata Hagen. Enam kebijakan utama telah terbukti mengurangi tingkat merokok ketika diimplementasikan, kata Hagen, seraya menambahkan bahwa jutaan orang yang seharusnya sudah berhenti merokok kemungkinan besar masih merokok.

WHO mengatakan bahwa tembakau membunuh hingga setengah dari penggunanya yang tidak berhenti merokok.

Sebuah laporan terpisah dari STOP, sebuah jaringan organisasi akademis dan kesehatan masyarakat, dan Pusat Global untuk Tata Kelola yang Baik dalam Pengendalian Tembakau, yang diterbitkan minggu lalu, juga menemukan kemunduran dalam implementasi pemerintah terhadap aspek lain dari perjanjian WHO.

Padahal, hal ini berupaya mencegah campur tangan industri tembakau dalam kebijakan.

thumb image

Pemimpin redaksi FalkonIndo, mendapatkan gelar PhD pada tahun 2018, pernah menulis naskah untuk Tempo, DetikNews, CNN Indonesia dan media arus utama lainnya, dan pernah meraih Anugerah Jurnalistik Adinegoro.

thumb image

Jurnalis senior dan redaksi FalkonIndo, pandai menggali konten berita potensial dan menganalisis masalah, memiliki kepekaan yang baik terhadap topik hangat dan tren opini publik. Pernah berpengalaman bekerja di think tank dan mempublikasikan artikel di Garba Rujukan Digital, pernah berkontribusi pada Times Indonesia, …

thumb image

Produser video FalkonIndo, mendapatkan gelar magister jurnalistik di Singapura, pernah bekerja sebagai produser film dokumenter di Netflix, pandai membuat konten naratif berupa pengungkapan fakta.