Biskuit dan sekaleng kacang-kacangan, itulah yang dikonsumsi banyak warga Palestina di Gaza untuk bertahan hidup.
Jika mereka menerima bantuan atau menemukan barang-barang sumbangan untuk dijual di pasar, itu hanyalah keberungan yang lain.
Risiko kelaparan meningkat setiap hari, menurut Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC), yang minggu ini menyatakan bahwa seluruh penduduk Gaza menderita tingkat bencana kerawanan pangan akut.
Dilansir dari Guardian, ini jadi proporsi tertinggi dari populasi yang mengalami kerawanan pangan akut.
Pada Jumat (22/12/2023), dewan keamanan PBB mendukung resolusi yang menyerukan peningkatan besar bantuan kemanusiaan untuk Gaza.
Namun Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, bahwa masalah sebenarnya adalah cara Israel melakukan serangan ini menciptakan hambatan besar terhadap distribusi bantuan kemanusiaan di Gaza.
Program Pangan Dunia juga mengatakan semakin sulit menjangkau masyarakat karena semakin intensifnya pertempuran, makanan menjadi langka dan mahal, dan bahan bakar untuk memasak sulit didapat.
Pembaruan keamanan pangan terbaru WFP mengatakan situasi terburuk terjadi di Gaza utara, di mana 90 persen orang tidak makan sepanjang hari dan malam.
Banyak warga Gaza menggunakan media sosial untuk melampiaskan rasa frustrasi mereka atas kurangnya pasokan dan tingginya harga, yang menurut mereka semakin parah sejak berakhirnya jeda sementara pertempuran pada bulan November.
“Setelah 70 hari perang di Gaza, akhirnya bantuan masuk ke Gaza … untuk delapan orang, hanya dua ini?” kata seorang pria dalam video yang dibagikan oleh Al Jazeera, sambil memegang sekaleng kacang-kacangan dan sebungkus kecil biskuit.
“Ini adalah makanan saya sepanjang hari, sarapan, makan siang, dan makan malam. Kadang-kadang pembagiannya berupa dua kaleng kacang-kacangan dalam satu hari, kadang tidak ada sama sekali, kadang beberapa kaleng tuna. Berhari-hari hanya berupa biskuit untuk beberapa orang,” ujarnya.
Persediaan makanan di Gaza terbatas karena pengepungan yang dilakukan Israel sejak serangan Hamas pada 7 Oktober dan hanya sedikit bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza melalui perbatasan dengan Mesir.
Pemimpin redaksi FalkonIndo, mendapatkan gelar PhD pada tahun 2018, pernah menulis naskah untuk Tempo, DetikNews, CNN Indonesia dan media arus utama lainnya, dan pernah meraih Anugerah Jurnalistik Adinegoro.
Jurnalis senior dan redaksi FalkonIndo, pandai menggali konten berita potensial dan menganalisis masalah, memiliki kepekaan yang baik terhadap topik hangat dan tren opini publik. Pernah berpengalaman bekerja di think tank dan mempublikasikan artikel di Garba Rujukan Digital, pernah berkontribusi pada Times Indonesia, …
Produser video FalkonIndo, mendapatkan gelar magister jurnalistik di Singapura, pernah bekerja sebagai produser film dokumenter di Netflix, pandai membuat konten naratif berupa pengungkapan fakta.
- News
- Mobile
- Tablet
- Gadgets
- Camera
- Design
- More
-
- Widget Haeder
- Awesome Features
- Clean Interface
- Available Possibilities
- Responsive Design
- Pixel Perfect Graphics
- Widget Haeder
- Awesome Features
- Clean Interface
- Available Possibilities
- Responsive Design
- Pixel Perfect Graphics
-