Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD menegaskan, pemerintah tidak gagal dan tidak lemah. Konfirmasi itu dikirim pada Kamis (28/4/2022) di akun Instagram pribadinya. Menulis di media sosialnya, Mahfud MD mengklarifikasi kesaksiannya dalam sebuah program media massa akhir pekan lalu. Saat itu, Mahfud mengaku usai Pilkada 2024, ia hanya bicara soal tantangan, yakni polarisasi ideologi, korupsi, dan penegakan hukum, sehingga perlu dipilih pemimpin yang kuat pada 2024 untuk menyatukannya.
“Namun, ada penjaja hoax yang sengaja menulis omong kosong seperti ini: Menko Polhukam mengakui kegagalan pemerintah, Mahfud MD mengatakan Jokowi lemah, Menko Polhukam mengakui korupsi, Menko Polhukam mengakui korupsi, Menko Polhukam Politik Hukum dan Keamanan bilang Jokowi harus diganti, Menko Polhukam serang Istana dan lain-lain.
Sebenarnya, itu tidak dalam kata-kata saya, baik tersurat maupun tersirat. Orang iseng dan iseng itu pemulung dalam istilah agama,” kata Mahfud MD. Mahfud mengatakan, hoaks lengkap itu tertuang dalam siaran media massa yang disiarkan secara penuh sejak akhir pekan lalu. “Ini isi yang sebenarnya: Saya katakan pada 2024 kita harus memilih pemimpin baru karena yang pasti pemilihan tidak ditunda, Presiden Jokowi akan mengakhiri masa jabatannya dan tidak akan ada perpanjangan masa jabatan. Kita perlu mencari pemimpin yang kuat, bukan karena pemerintahan Presiden Jokowi lemah atau gagal, tetapi karena memang ada agenda konstitusional, yaitu pemilihan presiden, dan Pak Jokowi tidak lagi dalam kontes,” katanya.
Mahfud mengatakan hoaks lengkap itu tertuang dalam siaran media massa yang disiarkan secara penuh sejak akhir pekan lalu. “Ini isi yang sebenarnya: Saya katakan pada 2024 kita harus memilih pemimpin baru karena yang pasti pemilu tidak akan ditunda, Presiden Jokowi akan mengakhiri masa jabatannya dan tidak akan ada perpanjangan masa jabatan.
Kita perlu mencari pemimpin yang kuat, bukan karena pemerintahan Presiden Jokowi lemah atau gagal, tetapi karena memang ada agenda konstitusional, yaitu pemilihan presiden, dan Pak Jokowi tidak lagi dalam kontes," katanya. Masa depan adalah polarisasi sub-ideologi dan korupsi yang merajalela serta penegakan hukum yang lemah.
“Ingat dua masalah ini telah diteruskan dari Presiden ke Presiden sehingga Anda tidak bisa mengatakan itu hanya terjadi sekarang dan kemudian menyalahkan pemerintahan saat ini atas kegagalannya. Itu konyol. Kalau itu argumennya, logikanya semua presiden gagal karena tidak ada yang pernah bisa mengatasi dua hal itu. Mari kita lacak," katanya. Ia melanjutkan, dalam hal korupsi dan penegakan hukum, misalnya, tidak dapat disangkal bahwa dua masalah ini selalu menjadi masalah bagi semua presiden.
Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD menjelaskan pentingnya pernyataannya bahwa Indonesia membutuhkan pemimpin yang kuat, seperti yang diungkapkannya dalam wawancara seminggu yang lalu. Hal itu disampaikan Mahfud menanggapi survei online indikator politik Indonesia bertajuk “Persepsi Masyarakat Terhadap Kinerja Penegak Hukum dalam Pemberantasan Korupsi” pada Kamis (28/4/2022).
Pertama, Mahfud menanggapi meningkatnya kepercayaan publik terhadap pemerintahan Joko Widodo dan Maruf Amin (Jokowi-Maruf) dari 59,9% menjadi 64%. Menurut dia, hasil survei tersebut membantah tudingan yang sering terdengar bahwa pemerintah telah kehilangan kepercayaan publik. “Saya kira itu akan membantah apa yang sering dikatakan orang-orang tertentu bahwa pemerintah telah kehilangan kepercayaan, sekarang turun dari 59,9 persen menjadi 64 persen,” kata Mahfud.
Selain itu, lanjut Mahfud, kinerja ini juga memberikan keyakinan bahwa setiap kebijakan dan tindakan pemerintah dalam hal-hal tertentu dapat mempengaruhi kepekaan publik dalam menilai kinerja pemerintah. “Telah disebutkan bahwa ketika orang mengambil alih, ketika mereka ingin memperpanjang masa jabatannya, mereka menunda pemilihan untuk periode di mana mereka jatuh. Tapi pas presiden bilang enggak, naik jadi 64%."
Mahfud juga menyoroti gencarnya hoaks bahwa kepercayaan terhadap pemerintah menurun hanya karena pernyataannya tentang Indonesia butuh pemimpin yang kuat. Padahal, dia berbicara dalam konteks negara. Pemilu 2024, di mana Jokowi tidak akan bisa lagi mencalonkan diri sebagai calon presiden atau wakil presiden.
“Misalnya Menko Polhukam pernah bilang pemerintah gagal hanya karena saya bilang 2024 kita perlu memilih pemimpin yang kuat, pemimpin yang kuat untuk apa? Saat itu Presiden (Jokowi) yang sekarang akan lengser,” ujarnya. Mantan Hakim Agung (MK) itu menyayangkan munculnya berbagai hoax. Pernyataannya itu banyak dimaknai sebagai pemimpin yang lemah. Bahkan, dia sama sekali tidak ada hubungannya dengan kepemimpinan Jokowi.
“Berita hoax itu macam-macam, Menko Polhukam mengakui bahwa pemerintah lemah karena butuh pemimpin yang kuat. Sebenarnya tidak ada hubungannya dengan itu. lakukan dengan saya katakan pemimpin yang kuat karena Pak Jokowi berhenti bersaing pada tahun 2014. Melihat kekuatannya, kepercayaan publik tinggi, saya bahkan melihat kepuasan publik terhadap pemerintah dari Januari hingga Februari pada level tertinggi sejak survei 2015,” tambahnya.
Mahfud menjelaskan, aparat penegak hukum di lingkungan pemerintah terus mengkoordinir dan mengatur persoalan, termasuk penggunaan restorative justice dalam beberapa kasus. Namun di sisi lain, kerja keras lembaga penegak hukum negara seringkali digagalkan oleh lembaga peradilan atau Mahkamah Agung (MA) yang putusannya sering ditentang oleh publik.
Menurut mantan Ketua Mahkamah Konstitusi (MK), kondisi ini biasanya membuat masyarakat lebih banyak menyalahkan pemerintah, padahal itu bukan bagian dari kewenangan eksekutif. Meski demikian, Mahfud juga menyampaikan pujiannya atas kinerja Kejaksaan Agung yang menurutnya telah mengambil langkah yang baik, sehingga tak heran jika kepuasan publik terhadap Kejaksaan Agung melebihi kepuasan Mahkamah Agung.
“Kejagung memang melakukan langkah yang sangat baik akhir-akhir ini. Pada saat yang sama, Mahkamah Agung mendapat banyak perhatian, jumlah terpidana yang divonis kembali kecil, dan kemudian beberapa dibebaskan, ”pungkasnya.
Pemimpin redaksi FalkonIndo, mendapatkan gelar PhD pada tahun 2018, pernah menulis naskah untuk Tempo, DetikNews, CNN Indonesia dan media arus utama lainnya, dan pernah meraih Anugerah Jurnalistik Adinegoro.
Jurnalis senior dan redaksi FalkonIndo, pandai menggali konten berita potensial dan menganalisis masalah, memiliki kepekaan yang baik terhadap topik hangat dan tren opini publik. Pernah berpengalaman bekerja di think tank dan mempublikasikan artikel di Garba Rujukan Digital, pernah berkontribusi pada Times Indonesia, …
Produser video FalkonIndo, mendapatkan gelar magister jurnalistik di Singapura, pernah bekerja sebagai produser film dokumenter di Netflix, pandai membuat konten naratif berupa pengungkapan fakta.
- News
- Mobile
- Tablet
- Gadgets
- Camera
- Design
- More
-
- Widget Haeder
- Awesome Features
- Clean Interface
- Available Possibilities
- Responsive Design
- Pixel Perfect Graphics
- Widget Haeder
- Awesome Features
- Clean Interface
- Available Possibilities
- Responsive Design
- Pixel Perfect Graphics
-